Foto ini diambil ketika memasuki masa Ujian Nasional. Dimana semua orang memanfaatkan waktu untuk belajar bahkan ketika istirahat. Aku duduk sendirian di belakang, bukan karena aku tidak punya teman. Di depanku semuanya adalah teman-teman baikku, hanya saja mereka sedang sibuk mengerjakan soal matematika, pelajaran yang sangat klasik untuk aku benci. Mereka sangat serius, aku bahkan takut mengajak salah satunya untuk pergi ke kantin. Aku menempatkan diriku di belakang karena aku sama sekali tidak punya harapan untuk bisa mengerjakan lagi. Aku bisa saja meminta mereka mengajariku, tetapi agaknya mereka sudah bosan melakukannya karena aku selalu menanyakan jenis soal yang sama. Dan mengingat ekspresi mereka ketika aku meminta diajari, ya....lebih baik aku duduk di belakang dan menikmati kebodohanku. Aku benci kebodohan, menikmatinya membuatku merasa semakin menyedihkan. Tapi apa boleh buat, aku mengenali diriku dan tahu kekuranganku. Ini bukanlah bidangku. Aku hanya berharap, banyak doa dari seluruh keluarga untuk kelulusanku, tak masalah nilai. Lulus yang penting.
Walaupun sehari-hari aku dihantui dengan kebodohanku, ditertawakan, diremehkan, dengan berjalannya waktu dan pengalaman aku punya kemampuan untuk menikmatinya dan bahkan menertawakannya. Perjuangan di masa akhir memang berat, tetapi pada akhirnya selalu lolos. Sama halnya untuk sekarang, memasuki semester akhir sangatlah berat. Bolak-balik ke kampus hanya sekedar minta tanda tangan itu melelahkan, apalagi jika tempat tinggalmu lebih dari 10 km. Tetapi jika dipikirkan semua orang dihadapi dengan hal yang sama tetapi cobaan yang berbeda itu membuatku lebih baik. Hal yang membuatku lebih baik lagi adalah, semua orang mempunyai keburuntungan sendiri-sendiri. Keburuntunganku adalah keluargaku, dan teman-temanku. Mereka tidak peduli bodohnya aku, mereka hanya sayang padaku. Aku selalu berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengecewakan mereka. Mereka adalah kekuatanku.
Untuk kalian yang selalu merasa sendiri, percayalah kalian tidak pernah benar-benar sendiri.